Ini merupakan lanjutan dari cerpen kemarin ke episode 4 :
"Lo tadi ngomong ama hantu cewek yang belum lama meninggal itu!"
"Pasti!" Tambah Beno. "Lo ngomong ama hantu!"
"Kayaknya dia ngomong ama hantunya Vina." Kata Udin.
"Jangan keliru nyebut nama!" Amir mendelik. "Emangnya cewek gue udah mati? Yang dikuburan itu namanya Nina. Kalo Vina, nama cewek gue!"
"Oh iya. Kalo yang udah mati Nina Panama, kalo cewek lo Vina Argentina ya?"
"Ketuker bego!" Amir makin sewot. "Nama cewek itu Nina Argentina. Kalo Vina Panama, cewek gue yang yang udah mati."
"Lhoooo....?? Cewek lo kan masih hidup?"
Amir makin bingung. "Astaga! Tadi gue barusan bilang Vina mati? Bisa hampa hidup gue tanpa dia. Siapa yang mau bayarin makan siang gue bulan depan kalo gak dia?"
Suasana jadi serba salah. Bukan karena takut, Amir tak bisa makan, namun karena teman-temannya merasa rumah itu tidak nyaman dihuni.
Hampir jam 7 malam. Keempat mahasiswa sudah dinner dengan menu kebangsaan anak kos, indomie pake telor.
"Gue rasa rumah ini angker maka yang ngontrak sebelumnya buru-buru pindah." Udin angkat bicara.
"Kayaknya sih gitu. Iya kan Mir?"
"Bapak itu gak bilang alasannya pindah." Amir ngeles. "Karena gue bantuin mindahin barangnya dia nawarin gue tinggal gratis disini sampe masa ngontraknya yang 6 bulan habis!"
Tiba-tiba terdengar suara dari depan rumah.
"Sayaaaaanggg....!!"
Udin, Eko, dan Beno saling berpandangan.
"Kok bau kemenyan sih?" Eko mengendus-endus.
"Iya. Campur bau bangke gitu.."
"Sayaaaaanggg......!!" Terdengar lagi suara cewek dari luar rumah.
"Hhhh.." Beno gelisah. "Bau bangkenya makin jelas.."
Dengan kompak Udin dan Eko teriak bareng. "Setaaaaaaannnnnnnn....!!!" Ketiganya mengkeret dan berpelukan.
"Gila lo semua!" Amir melotot kepada ketiga temannya. "Lo enggak hafal suaranya? Itu suara cewek gue. Vina!"
"Masa sih?"
Ternyata benar. Ketika Amir membukakan pintu, ada seorang cewek berdiri sok imut. Mengenakan jins ketat dan berambut panjang sebahu. Dari leher ke bawah lumayan lah masih cukup enak dipandang, namun sayang bagian leher ke atas sangat amburadul.
Bersambung...
No comments:
Post a Comment